Perang Proxy

Two Worlds (Wikimedia Common)


Setelah perang dunia 2 selesai, dua kekuatan besar yang sebelumnya dalam 1 koalisi yang sama yaitu Amerika dan Uni Soviet terpecah, saya mensimplifikasi nya kedalam 2 faktor yaitu perbedaan ideologi dan adu pengaruh di berbagai kawasan, Di benua Amerika, Afrika, Asia, dan eropa yang menjadi pusat dari perebutan pengaruh ini, Soviet berusaha menahan cengkramanya di eropa timur, sedangkan Amerika membentuk NATO untuk mempertahankan negara-negara eropa yang ada di pihaknya dari pengaruh soviet.

Pada 1950an pecah perang korea, sejauh yang saya tau, perang korea ini adalah perang proksi besar yang pertama pada era cold war, dimana kedua korea ini utara dan selatan memiliki ideologi yang berbeda dan masing-masing didukung oleh soviet dan china di pihak utara dan Amerika beserta pasukan PBB di Pihak Selatan, jadi kenapa ini disebut perang proksi? diambil dari kata proksi itu sendiri yaitu perantara, jadi perang proksi ini adalah perang antara amerika serikat dan Soviet yang saling berebut pengaruh dengan cara mendukung masing-masing pihak yang berseteru dalam hal ini proksi atau perantara nya adalah Korea, suatu bangsa yang sudah bersatu sejak lama namun pecah karena 2 kekuatan global ini. 

Selain perang korea banyak sekali sebenarnya perang proksi yang terjadi, misalnya di balkan setelah pecahnya Yugoslavia, lalu di kuba, vietnam, bahkan negara kita sendiri Indonesia 2x tercatat terlibat dalam perang yang tidak perlu, pertama konflik dengan malaysia sekitar 1960an dan Invasi ke timor leste pada 1975an, di dunia modern sekarang perang proksi tersebut masih terjadi, dan sekarang battlefield nya ada di Timur tengah kelompok2 seperti al-qaeda, Isis, Hizbullah, Houthi di yaman, itu semua terjadi karena adanya proksi dari negara besar yang ingin menguasai daerah tersebut namun tidak ingin mengotori tangannya, sehingga dibentuk milisi-milisi yang mereka support dengan senjata dan intelijen agar mereka dapat mencapai tujuannya.

Di dunia penuh tipu daya yang sulit dipahami ini, apalagi ditengah globalisasi internet dimana informasi mudah ditemukan baik yang benar maupun informasi yang palsu, kita mesti bisa lebih baik menganalisis sesuatu dan jangan mudah terpengaruh dengan isu-isu yang sebenarnya sudah dirancang oleh mereka wakil-wakil iblis di dunia. dengan begitu kita tidak akan terseret dalam konflik yang sebenarnya  sudah dirancang, toleransi adalah kunci, karena bagaimanapun kita tidak hidup dalam dunia yang homogen, maka menghargai perbedaan adalah satu-satunya kunci untuk menjaga perdamaian.

 

Oleh: Christian Octafianus Adilfi

 

 


Posting Komentar

0 Komentar