Cover Bumi Manusia |
Setelah hampir 2 bulan akhirnya saya menyelesaikan buku bumi manusia karya Pramoedya ananta toer, buku ini sangat spesial di tengah kesibukan saya mengerjakan skripsi buku ini mampu menarik saya untuk tetap membaca, ya walaupun butuh 2 bulan untuk menyelesaikan nya tapi menurut saya ini wajar mengingat tebal bukunya sekitar 500halaman lebih, ditambah sedang sibuk mengerjakan skripsi, bulak-balik kampus, revisian dan hal melelahkan lainnya.
Bumi manusia bukan sekedar cerita romance, mungkin banyak yang mengira bahwa buku ini hanya menceritakan kisah cinta antara annelies dan minke, namun tidak demikian, didalamnya tersajikan makna yang sangat dalam, dimana pribumi yang hidup dalam kolonialisme belanda seakan tidak memiliki hak, dan bagaimana kolonialisme itu memengaruhi kehidupan sosial masyarakat, contohnya adalah karakter nyai ontosoroh ia mendapat stigma karena di cap sebagai nyai, padahal ia sendiri tidak ingin hidup seperti itu, kondisi sosial lah yang memaksa ia menjadi seorang nyai, orang tuanya miskin sehingga menjual dirinya kepada tuan mellema, ia hidup tidak atas kehendaknya sendiri, tekanan kolonialisme menghancurkan hidupnya, penderitaan juga kembali muncul ketika anak laki-lakinya merasa ia adalah seorang belanda bukan pribumi, ini menggambarkan bahwa pada masa itu menjadi pribumi itu adalah hal yang rendah sehingga seorang yang memiliki darah pribumi tidak sudi mengakui bahwa dirinya memiliki darah pribumi.
Hal yang menarik untuk di
highlight adalah bumi manusia juga menggambarkan bagaimana sistem pendidikan di
Hindia belanda, hanya kaum eropa, indo, timur asing, atau bangsawan pribumi
yang dapat bersekolah, rakyat biasa tidak memiliki akses untuk bersekolah,
bahkan pribumi bangsawan seperti minke pun masih mendapat rasisme di sekolah,
nama minke pun memiliki arti monyet yang diberikan oleh gurunya, Pemerintah
Hindia belanda tidak ingin rakyat biasa menjadi pintar karena ketika mereka
terdidik mereka akan bisa memahami situasi yang akan berujung pada
pemberontakan.
Di akhir cerita kita sebagai pembaca disuguhi dengan penggambaran bagaimana superior nya hukum belanda dalam menekan rakyat, Pernikahan minke dengan annelies yang sah secara hukum islam, bisa dengan mudah dibatalkan oleh pengadilan amsterdam, ini menggambarkan bahwa masyarakat pada masa itu sama sekali tidak memiliki hak, kolonialisme belanda merampas itu semua.
Namun ditengah ketidakadilan yang didapat oleh pemerintah Belanda, di novel ini tetap menggambarkan bahwa tidak semua orang eropa itu jahat, ini digambarkan oleh karakter Herbert de la Croix, Sarah dan Miriam de la Croix yang berteman dengan minke, juga ada Juffrouw magda peters guru minke di HBS, mereka ini meskipun totok belanda tapi mereka mendukung minke, Herbert de la croix sampai ingin mengundurkan diri sebagai asisten residen, dan magda peters di kirim pulang ke belanda, ini menggambarkan bahwa tidak semua orang belanda itu diskriminatif.
Semua permasalahan ini mulai dari Hak asasi, diskriminasi, hingga ketidakadilan masa penjajahan, dibalut kedalam cerita romansa antara minke dan annelies, tak tahan rasanya membayangkan bagaimana manja nya annelies dan mesranya minke, membuat saya sebagai pembaca mengidam-idamkan perempuan manis seperti annelies.
Pada intinya, Novel ini sangat menarik untuk dibaca, karena bukan hanya menggambarkan romansa, namun juga menggambarkan kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, sehingga bisa memberikan pemikiran-pemikiran kritis kepada pembaca, juga untuk membuat pembaca sadar akan pentingnya kehidupan yang mengedepankan hak asasi, keadilan, dan kesetaraan, buku ini seakan menggambarkan bahwa bangsa Indonesia harus bangkit dari penindasan baik dari penjajahan bangsa asing maupun penjajahan oleh bangsa sendiri, serta memiliki pesan untuk mencintai bangsa sendiri.
0 Komentar